Meramu Writerpreneur melalui Personal Branding yang Didukung Oleh Optimalisasi Media Sosial

2 comments
meramu-writerpreneur-melalui-personal-branding-yang-didukung-oleh-optimalisasi-media-sosial


Aloha Sobat Sajian Kira :D! Gimana harinya? Lagi suntuk dan bingung cari cara meramu writerpreneur melalui personal branding yang didukung oleh optimalisasi media sosial? Sini kami bisikin :D!

1. Writerpreneur

Ada yang tahu apa sih writerpreneur itu?

Writerpreneur itu secara gamblangnya dapat diartikan sebagai penulis yang menggunakan bisnis di dalamnya.

Loh kok bisa gitu?

Bisa dong, nggak selamanya kita menulis dan hanya menulis tanpa ingin mendapat cuan dengan berbisnis? Pasti terbesit pikiran, “Nulis dapet cuan layaknya hobi yang dibayar.” Siapa pernah berpikiran demikian? Toss dulu karena kita samaan :D. Itu nggak salah kok dan hal lumrah malah didukung juga oleh banyak pihak. Kalau istilah ekonominya tuh, “Dengan pengorbanan minimal bisa menghasilkan cuan.” Eh salah, “Dengan pengorbanan seminimal mungkin, bisa mendapatkan hasil semaksimal mungkin.” Kurang lebih gitu ya. “Berarti writerprenuer itu kan cuma duduk nulis-nulis doang.”

Eittsss! Anda sekalian salah ya kalau mengartikan writerpreneur hanya duduk terus cuma nulis dan tinggal nunggu cuan. Big no! Banyak banget step yang harus dilewatin untuk dapet apa yang kita mau. Istilah ekonomi di atas nggak salah kok, justru itu bisa menjadi pemicu bangkitnya semangat kita supaya terus ikhtiar di jalan yang benar tanpa melangkah atau melipir ke jalan yang kurang tepat. 

Writerpreneur juga bisa diartikan sebagai penulis yang menemukan passion dan jalan untuk meraih cuan.

Passion penulis itu bisa diimplementasikan ke dalam beberapa hal, misalnya penulis naskah skenario, penulis novel, penulis puisi, penulis syair lagu. Lalu setelah mendapatkan passionnya para penulis tadi bisa menentukan langkah dan jalan untuk meraih cuan. Ada yang bergabung dengan komunitas penulis sesuai passion tulisannya. Ada pula yang bekerjasama dengan platform tertentu untuk mengembangkan karyanya. Ada pula penulis yang mengirimkan tulisannya ke media tertentu seperti dijual kepada para musisi atau dijual pada beberapa media sosial. 

Para penulis ini mampu meramu banyak hal dengan beragam latar belakang dan tujuan untuk dimuarakan pada bisnis. Gitu kurang lebih singkatnya.

Nah, untuk menjadi writerpreneur itu nggak bisa asal, ada beberapa hal yang dibutuhkan dan menjadi penting untuk diperhatikan, yakni :

a. Good Attitude

Jelas banget good attitude itu sangat berguna untuk berkecimpung di segala situasi dan kondisi. Seharusnya sih tertanam sejam lahir ya. Lagi pula nggak akan rugi jika tiap insan manusia punya good attitude. Niscaya dunia akan menjadi damai. Tapi kayaknya nggak mungkin ya, aha :D pasti masih banyak setan berkeliaran mengganggu manusia, atau manusia berkeliaran mengganggu setan serta membangunkannya :D. It’s just a dark jokes. Take it for granted ya :D!

Yang jelas good attitude itu penting, garis keras.

b. Karya tulis

Well, bagaimana caranya menjadi writerpreneur tanpa memiliki karya tulis? Maka, untuk disebut sebagai writerpreneur dan diakui paten sebagai writerpreneur, diharuskan untuk mempunyai karya. Terserah saja bentuk karya tulisnya seperti apa. Boleh misalnya dengan karya tulis ilmiah, naskah fiksi, bahkan syair lagu. Siapa tahu :D.


c. Relasi dan adaptasi

Menyelami dunia writerpreneur yang penuh lika-liku itu harus diawali dengan melihat peluang dari relasi yang dijalin lalu beradaptasi lah.

Sesungguhnya relasi itu layaknya silaturahmi, memanjangkan rezeki. Lalu adaptasi itu layaknya mencari cara agar tidak hanya cukup untuk hidup di dalam suatu situasi dan kondisi, tapi juga terus tumbuh dan berkembang di dalamnya.

d. Perlakukan hasil karya layaknya anak sendiri

Yang memperlakukan seperti anak sendiri tidak hanya malika di kecap bangau ya, ehe. Para penulis juga harus memperlakukan setiap hasil karyanya seperti anak sendiri. Cause they’re so broken inside and fragile outside. Handle with care, please :D!

Biasanya masih banyak para penulis yang acuh dengan karyanya, asal kirim ke tempat yang mereka suka tanpa self editing (i did it, so please don’t take it the bad action like this, ya).

Jika kita memperlakukan karya atau apapun deh diibaratkan seperti anak sendiri, hasil buah tangan sendiri, maka akan tercipta suatu perasaan sayang untuk terus memperbaiki mendekati sempurna (karena kesempurnaan hanya miliki Allah, bukan Andra and The Back Bone yap).

Semakin baik dalam mengolah hasil karya kita, niscaya publik juga akan menerima dengan senang. In sya Allah cuan, ehe.

e. Jangan letih belajar

Nah, poin ini terkadang membuat para penulis menjadi sedikit bergusar hati. Karena lelah dicaci, dicibir, dikritik, dan diberi saran. Padahal pengalaman itu semua merupakan media pembelajaran terbaik.

Dengan banyak kesalahan yang kita lakukan dan pembenaran yang kita jalani, niscaya hasilnya akan semakin maksimal.


2. Personal Branding

Setelah tahu tentang writerpreneur maka bangunlah image atau citra diri atau biasa dikenal dengan personal branding.

Eits, udah pada tahu belum makna dari personal branding? Gampangnya tuh keadaan dimana sesuatu berbicara tentang kita tanpa kehadiran kita saat itu. Gimana bingung?

personal-branding



Jadi, personal branding diartikan sebagai suatu karya yang bercerita tentang branding atau ungkapan diri tanpa kehadiran kita di lokasi.

Misalnya nih, waktu lihat Bang Indro botak apa yang terbesit? Warkop DKI kan, komedian kan. Padahal lagi nggak pakai atribute yang menyatakan bahwa beliau anggota komedian Warkop DKI loh.

Contoh lain yang berkaitan dengan nieche kami–fnb–waktu lihat Mg Dalenaf, apa yang terbesit? Bar-bar kuy, atau makannya banyak. Padahal dia lagi nggak makan loh.

Jadi, cara kerja inti personal branding tuh kurang lebih seperti itu. 

Nah keseluruhan di atas nggak bisa terlepas dari suksesnya media yang membesarkan nama mereka. Media sosial yang dikelola dengan optimal, mampu mengubah sosok mereka yang biasa menjadi luar biasa. Cara kerja atau kekuatan media sosial terutama di kalangan netizen Indonesia sangat ciamik loh. Tahu kan kasus-kasus yang dari remeh temeh bisa berubah menjadi bar-bar dan viral, itu juga pasti andil dari jempol-jempol netizen Indonesia. Sobat Sajian Kira mungkin salah satunya.

By the way, saat momen-momen seperti itu tuh membuat rasa nasionalisma kita, persatuan kita meningkat loh :D.

Oh ya, membangun personal branding ada caranya lho :

a. Kenali diri sendiri. 

Tiap insan manusia terlahir dengan keunikan masing-masing. Nggak ada yang sama, mirip mungkin. Bahkan yang kembar saja masih memiliki keunikan masing-masing. 

Nah memulai membangun personal branding bisa dimulai dengan mencari hal unik yang membuat sobat berbeda. Sehingga harapannya netizen menjadi tertarik dan langsung melabeli dengan personal branding yang telah kita setting.

Para writerpreneur pastilah memiliki keunikan masing-masing. Misal Risa Sarasvati yang mendapat label penulis horor. Atau Agatha Chrstie yang mendapat label penulis thriller. Dan lain semacamnya.

b. Perkenalkan dan tunjukkan diri di platform yang diinginkan

Nah, bagaiaman caranya supaya personal branding ini sukses? Ya harus dengan cara mengenalkan diri pada khalayak tentang diri kita. Tunjukkan di platform mana pun yang sobat inginkan. 

c. Konsisten dengan keunikan

Meski awalnya berat, responnya bikin sekarat, karena saking dikitnya yang merespon, tapi tenang saja. Semua butuh proses yang dilandaskan dengan kerja keras yang konsiten. 

Untuk mempercepat proses personal branding, berikut ada trik-triknya :

a. Memakai nama dan foto yang sama di semua platform media sosial

Tentu saja ini sangat efektif. Netizen menjadi lebih mudah mengenali diri kita dan branding yang telah kita bangun.

b. Pilih target audience secara spesifik

Semakin spesifik audiencenya, maka semakin tepat sasaran. Kita menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuan.

c. Buat konten yang sesuai dengan personal branding dan relate dengan audience kita

Tentu saja konten yang dibangun secara konsisten mampu menarik minat audience, terebih jika isinya on point, pada jamannya. Bisa juga nih buat menaikkan kedekatan dengan audience kita.

d. Bangun kedekatan dengan audience

Jika dirasa konten saja belum cukup mampu menarik minat audience, maka mulailah membangun kedekatan dengan audience.  Misal dengan acara give away remeh temeh.


3. Optimalisasi Media Sosial

Dalam membangun misi menyukseskan dan meramu writerpreneur melalui personal branding yang didukung oleh optimalisasi media sosial, maka penunjukkan media sosal atau platform yang tepat adalah kunci.

Ada banyak media bertebaran dimana-mana. Namun, kalau tidak tepat sasaran ya buat apa. Pilihlah dengan bijak media sosial mana yang utama untuk dikembangkan. Barulah menyusun media sosial selanjutnya dan selanjutnya lagi. Sesuatu yang dilakukan dengan fokus dan konsisten niscaya akan menghasilkan hasil yang optimal.


4. Penutup

Meramu writerpreneur melalui personal branding yang didukung oleh optimalisasi media sosial itu sedang kami lakukan. Meski banyak aral melintang dan cobaan menghadang, tapi percayalah akan ada banyak jalan terbentang. Jadi, apa Sobat Sajian Kira sudah memulai untuk melakukannya? :D

Sumber :
Sharing ilmu oleh Kak Ajeng Pujianti Lestari disponsori oleh Komunitas ODOP
Sharing ilmu oleh Kak MS Wijaya disponsori oleh Komunitas ODOP



Note : Terima kasih telah menyempatkan membaca hingga akhir. Silakan jika ingin membagi isinya dan mohon disertakan sumbernya.
Sajian Kira
Ashry Kartika | Penulis Lepas di beragam proyek

Related Posts

2 comments

Post a Comment