7 Tips Mengunjungi Tempat Wisata Alam Posong yang Bikin Bengong

Post a Comment
7-Tips-Mengunjungi-Tempat-Wisata-Alam-Posong-yang-Bikin-Bengong


Berikut 7 tips mengunjungi tempat Wisata Alam Posong yang bisa juga diterapin saat mengunjungi tempat wisata lain.

1.       Pastikan Lokasi dan Akomodasi

a.       Lokasi pasti tempat yang akan dikunjungi

Nggak lucu kan kalau sampai ke lokasi yang salah dan harus putar arah. Duh kacau sih kalau ini. Persis banget dengan kejadian yang kami alami karena abang supir tidak menurut sama penumpang yang bawa alat gps. Dan hal ini membuat waktu kami terubang sia-sia selama 1 jam lebih karena harus memutar arah jalan menuju ke lokasi. Dan tentu juga akan terjadi perdebatan kecil, biasalah~.

Setelah tahu lokasinya, meski setidaknya hanya titik lokasi belum ke jalanannya, itu akan memudahkan dalam menerjang jalan yang akan dilewati dengan membaca petunjuk jalan yang tersebar.

Bisa juga menangkap layar gps yang menampilkan titik lokasi. Hal ini untuk berjaga-jaga jika di lokasi tidak mendukung sinyal internet. Bisa juga save tangkapan layar di ponsel lainnya, berjaga-jaga jika ponsel yang satu mati.

Perhatikan waktu tempuhnya dan beberapa titik pendukung seperti titik pengisian bahan bakar kendaraan ataupun titik pengisian bahan bakar perut, aha.

b.      Akomodasi yang mumpuni

Nah, pilih alat akomodasi yang mumpuni ya. Hal ini penting banget loh, karena kendaraan yang prima tentu saja akan mempermudah sampai ke titik lokasi. Jangan sampai ternyata kendaraan pribadi kita kehabisan bensin tiba-tiba karena ketidakperhatiaan ke kendaraan.

Waktu kami ke lokasi, tidak ada tuh terbesit jalan terjal ataupun turun menukik meski daratan landai. Awalnya kami enjoy aja sambil menikmati cuaca dingin khas Temanggung atas. Sampai pada titik belokan dari gang masuk ke arah lokasi yang rupanya eng ing eng, jalan terjal dengan bebatuan besar.

Kaget ya jelas, tapi sudah sampai di pintu masuk lokasi ya kalik kami mau balik, sia-sia dong nanti. Ehe, kami akui ini perjalanan ngebolang yang tak sengaja karena agenda awalnya hanya kopdar dengan teman sejawat. Jadilah kami melalui jalanan terjal dan terus naik sampai ke loket karcis pintu masuk.

Namun, kami sempat beradu argumen perihal gang masuk ke lokasi yang sudah dipenuhi bebrapa kendaraan roda dua, roda empat, bahkan roda banyak sekalipun padahal titik loket karcis pintu masuk masih jauh. Bahkan ada beberapa mini bus yang terpakir dengan penumpang kosong di sana. Buat apa?

Kami terus berkendara sampai ke pintu masuk loket dan baru mengetahui bahwa mini bus itu untuk mengangkut beberapa kendaraan yang tak kuat menanjak. Wow ada apa? Ternyata jarak dari titik loket karcis masih jauhhh. Tenang di tiap beberapa meter ada pemberitahuan puncak Posong tinggal berapa kilometer lagi. Yak, kilometer. Kami pikir dekat, ternyata~.

Untuk harga tiket masuknya :

·         Untuk kendaraan beroda dua dikenai biaya Rp 20.000,-

·         Untuk kendaraan beroda empat dikenai biaya Rp 50.000,-

·         Untuk biaya parkir di titik puncak dikenai biaya Rp 5.000,-

Jika memilih mengendarai kendaraan umum, pastikan  rutenya benar ya. Kalau bingung bisa juga pakai gps, gunakan penduduk sekitar, ehe. Kalau dari titik lokasi rumah sobat Sajian Kira ke Wisata Posongnya bisa disesuaikan kebutuhan yak, misal naik angkutan umum sampai nebeng teman-teman yang mau ke arah sana, kalau ada. Kalau nggak ada yang mau ke arah sana ya jangan dipaksa, tapi diajak aja, ehe. Nah nanti kalau solo travel, bisa naik ke puncak Posong dengan ojek yang diberdayakan oleh penduduk sektiar. Tenang, banyak jalan ke Posong ya~.

2.       Pastikan Cuaca

Persoalan cuaca itu nggak kalah penting. Pastikan dengan melihat di prakiraan cuaca yang tersedia di google atau BMKG. Dengan melihat prakiraan cuaca hari itu kita bisa lebih mempersiapkan diri. Meski nggak sampai berpikiran ke arah hujan meteor dan kita harus ngapain, nggak akan sampai situ, tapi seenggaknya kita jadi tahu harus bawa perlengkapan atau cadangan apa nih. Cadangan duit sih yang penting, ehe~.

Sewaktu kami ke sana, awan sudah bergulung-gulung menutupi lokasi bahkan berkendara dari pintu masuk saja sudah disambut dengan kabut. Meski bukan kabut tebal, tapi tetap saja kabut. Dan itu dingin.

Nah, tepat banget nih kami menggunakan baju hangat double. Sebetulnya sih agar kami tidak masuk angin, secara kami berkendaraan dengan motor matic tercinta. Oiya, terkait motor matic juga medan ke lokasi membuatnya kurang cocok menggunakan matic. Kayak kasihan gitu sih motornya sampai-sampai hampir nggak kuat karena saking terjalnya. Fiuh~.

Selalu sedia mantol atau payung juga ya. Karena tidak ada yang tahu hujan itu datang kapan. Kadang mendung bukan berarti hujan dan menghilang bukan berarti tak lagi sayang. Eaaak~.

3.       Membawa Barang Penunjang

Barang penunjang di sini maksudnya adalah beberapa barang yang biasa ada di tas dan bisa menunjang kegiatan.

a.       Barang penunjang logistik

Meskipun di sana ada warung dan beberapa resto, tapi biasanya hasrat emak-emak keluar untuk mempersempit kesempatan dompet terbuka, ngakuu~. Dan untuk menghindari dari itu sekaligus berhemat dengan santapan sehat, bisa banget bawa bekal. Disesuaikan dengan kebutuhan saja.

b.      Barang penunjang obat

Kami pribadi mengamini bahwa umur yang uzur kadang jadi pemicu untuk tergantung sama obat, salah satunya koyo dan pereda sakit kepala. Oh ya, ada lagi cairan pereda masuk angin juga serta obat magh. Dah itu barang wajib yang dibawa saat berpergian jauh dari rumah, ke luar kota.

Obat-obat ini kadang nggak hanya dikonsumsi sendiri juga, tapi bisa diberikan ke beberapa orang yang butuh secara mendesak. Meski terlihat sepele, nyatanya kalau nggak ada pun bakal tetep dicari. Memang lebih baik mencegah daripada mengobati, tapi kalau bawa obat bisa lebih menjaga diri, kan. Ehe~.

c.       Barang penunjang kegiatan

Nah, beberapa barang yang mungkin remeh temeh bisa jadi kebingungan kalau hilang atau nggak pakai.

Power bank, meski kelihatan sepele tapi ini penting karena colokan di lokasi nggak di semua titik ada kan?

Sepatu, kalau ini disesuaikan kebutuhan juga dengan kegiatan dan kebutuhan. Kalau ke titik lokasi puncak Posong, rasanya kalau pakai sandal jepit tuh bakal bikin masalah. Pasalnya trek dari parkiran sampai ke puncak itu masih cukup jauh, sekitar 500 meter lebih kayaknya dan naik dan terjal. Kalau pakai heels juga duh bikin susah diri sendiri. Pakai sepatu jadi pilihan tepat untuk ke lokasi.

Tissu, ya ini emang sepele, bisa beli di lokasi, tapi kalau nggak ada tisu juga akan bingung untuk membersihkan tangan yang kotor setelah ngemil kentang goreng, kan?

4.       Jaga Protokol Kesehatan

Tak bisa dipungkiri kalau saat di lokasi wisata bakal bikin kita lupa kalau masih menjalani pandemi. Nah, tetap menjaga protokol kesehatan di manapun berada merupakan pilihan yang bijak. Karena kita tak hanya menjaga diri sendiri, tapi juga orang lain.

Usahakan bawa masker double untuk mengantisipasi masker basah karena terkena kabut. Saat di lokasi pun kami tetap pakai masker meski ya udah mulai banyak yang nggak pakai masker, as you know lah, tapi pakai masker terus juga nggak ada salahnya kan. Main ke alam terbuka nggak menutup kemungkinan untuk tetap terpapar.

Selalu sedia handsanitizer setelah selesai menyentuh sesuatu. Pengunjung pada waktu kami datang sedang banyak-banyaknya. Ya kami mengantisipasi sendiri untuk tetap sering menyemprotkan handsanitizer.

Cuci tangan sesering mungkin, meski titik toiletnya tersebar di mana aja, tapi titik wastafel dan handsanitizer juga banyak tersedia kok. Kami memilih sering menggunakan handsanitizer juga karena air di sana dingiiinn banget. Brr~.

Tetap jaga jarak dari kerumunan meski di tempat terbuka. Nah sering banget pas lagi antre foto di beberapa tiitk lokasi, masih banyak terlihat orang berhimpitan tanpa menjaga jarak. Kalau udah gini sih biasanya kami menjauh dulu sampai benar-benar terkondisikan dan nggak begitu ramai, baru deh foto.

5.       Alat Dokumentasi yang Mumpuni

Kalau udah sampai lokasi wisata dan menemukan spot foto kece untuk konten, penginnya langsung ambil gambar kan? Nah usahakan untuk menggunakan ponsel yang mumpuni atau kamera yang oke.

Bisa juga menggunakan alat pendukung seperti tongkot narsis atau tongsis, tripod, atau menggunakan bantuan orang lain untuk memfoto.

6.       Cadangan

Nah, cadangan ini kesannya sepele ya tapi berakhir penting di saat ada kejadian tak terduga.

Sandal jepit, sepele sih tapi pas di lokasi terasa banget butuh karena pas banget hujan setelah kabut tebal nan gelap mengepung. Untungnya saja bawa.

Baju ganti bila perlu kalau pas kehujanan jadi nggak kedingingan atau berakhir hiportemia, duh. Jangan pakai baju tipis ya, kalau bisa

Duit cadangan aha, karena pas kami datang ke puncak dan mendapati hal menarik. Yak, kopi. Postingan kopi akan kami upload terpisah ya karena pembahasannya panjang. 

7.       Berdoa dan Bawa Seperlunya

Nah, segala persiapan sudah dibawa seperlunya dan sebutuhnya, sekarang tinggal berdoa semoga selamat dari berangkat, di lokasi, dan kembali ke rumah dengan sehat. 

Oiya bawaan seperlunya ini berarti jangan over barang bawaan terlebih untuk atribut foto yang aneh dan tidak mendukung kenyamanan selama perjalanan. Duh~.

Penutup

Yak, ulasan wisata alam posongnya hanya sedikit karena kami kurang eksplore lokasi. Kebtulan kami datang di hari Minggu, harinya ramai wisatawan, jadi ya jarang bisa nyempil-nyempil ke spot-spot foto. Alhasil kami hanya berkeliling dengan dokumentasi yang menurut kami penting-penting saja.

Untuk beberapa fasilitas berbayar di sana tidak kami coba karena kebetulan sedang dipakai untuk foto-foto para wisatawan dan beberapa lainya tidak diaktifkan oleh pihak pengelolan.

 7 tips mengunjugi tempat wisata di atas bisa benget diterapkan di manapun dan semoga reviu Wisata Alam Posong dari kami cukup membuat sobat Sajian Kira merasa tertarik untuk ke sana ya.

 

 

 


Note : Terima kasih telah menyempatkan membaca hingga akhir. Silakan jika ingin membagi isinya dan mohon disertakan sumbernya.
Sajian Kira
Ashry Kartika | Penulis Lepas di beragam proyek

Related Posts

Post a Comment